Berdasarkan sensus penduduk 2010, Indonesia memiliki 237 juta jiwa dengan komposisi 119,51 juta laki-laki dan 118,05 juta perempuan, jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah dan dapat mencapai 280 juta jiwa pada tahun 2030. Oleh karena itu, beberapa pengamat dan penentu kebijakan mulai khawatir terhadap ledakan penduduk di Indonesia. LPP (Laju Pertumbuhan Penduduk) Indonesia sebesar 1,49 % dinilai sudah sangat menghawatirkan.
Laju pertumbuhan penduduk memberikan dampak secara langsung terhadap meningkatnya konsumsi bahan pangan dan bertambahnya kebutuhan pemukiman yang secara tidak langsung akan mengubah lahan pertanian untuk dijadikan lahan pemukiman. Tak ayal, jika pertambahan penduduk membutuhkan papan dan pangan, sedangkan produktivitas pangan juga sangat bergantung terhadap lahan yang mengalami penyempitan karena alih fungsi untuk pemukiman.
Krisis pangan yang selalu menjadi perbincangan hebat beberapa dekade terakhir ini bukan menjadi sebuah opini dimasa yang akan datang, dengan melihat kondisi demografi saat ini harunya di imbangi dengan naiknya produktivitas pangan.
Di Indonesia, target produksi pangan yang sedemikian besar terkendala oleh beberapa faktor, di antaranya :
1. Bencana alam
2. Fluktuasi iklim yang tidak menentu
3. Krisis energi
4. Krisis ekonomi
5. Krisis politik
6. Pola penanaman
Faktor-faktor di atas menjadi kendala signifikan bagi peningkatan produksi pangan Indonesia, terutama pola penanaman yang menggunakan bahan-bahan kimia yang berlebihan mengakibatkan penurunan tingkat kesuburan tanah dalam jangka panjang. Kondisi tersebut masih ditambahi dengan menyempitnya lahan pertanian akibat alih fungsi lahan menjadi pemukiman. Di Indonesia tercatat laju penurunan lahan pertanian setiap tahunnya mencapai sekitar 2,8 juta hektar dan tingkat alih fungsi lahan terus meningkat setiap tahunnya mencapai 110.000 hektar (Data Kementerian Pertanian, 2011).
Laju pertumbuhan penduduk memberikan dampak secara langsung terhadap meningkatnya konsumsi bahan pangan dan bertambahnya kebutuhan pemukiman yang secara tidak langsung akan mengubah lahan pertanian untuk dijadikan lahan pemukiman. Tak ayal, jika pertambahan penduduk membutuhkan papan dan pangan, sedangkan produktivitas pangan juga sangat bergantung terhadap lahan yang mengalami penyempitan karena alih fungsi untuk pemukiman.
Krisis pangan yang selalu menjadi perbincangan hebat beberapa dekade terakhir ini bukan menjadi sebuah opini dimasa yang akan datang, dengan melihat kondisi demografi saat ini harunya di imbangi dengan naiknya produktivitas pangan.
Di Indonesia, target produksi pangan yang sedemikian besar terkendala oleh beberapa faktor, di antaranya :
1. Bencana alam
2. Fluktuasi iklim yang tidak menentu
3. Krisis energi
4. Krisis ekonomi
5. Krisis politik
6. Pola penanaman
Faktor-faktor di atas menjadi kendala signifikan bagi peningkatan produksi pangan Indonesia, terutama pola penanaman yang menggunakan bahan-bahan kimia yang berlebihan mengakibatkan penurunan tingkat kesuburan tanah dalam jangka panjang. Kondisi tersebut masih ditambahi dengan menyempitnya lahan pertanian akibat alih fungsi lahan menjadi pemukiman. Di Indonesia tercatat laju penurunan lahan pertanian setiap tahunnya mencapai sekitar 2,8 juta hektar dan tingkat alih fungsi lahan terus meningkat setiap tahunnya mencapai 110.000 hektar (Data Kementerian Pertanian, 2011).
Pencapaian swasembada pangan di Indonesia sepertinya mulai dilakukan tanpa perlu memikirkan konservasi alam dan lingkungan, diprediksi ketahanan pangan yang dicapai saat ini melalui swasembada beras tidak bertahan lama. Secara intens komoditi padi merupakan sektor penting terhadap pencapaian swasembada pangan khususnya beras dalam memenuhi pangan masyarakat. Bersama Malaysia dan Filipina, Indonesia dipersiapkan sebagai lumbung pangan
ASEAN, yang diharapkan mampu mendukung Jepang, China dan Korea Selatan agar dapat menjadi solusi krisis pangan dunia.
Melihat kondisi Indonesia saat ini, untuk dapat mencapai target sebagai lumbung pangan dunia, tentu dibutuhkan pengembangan teknologi yang mendukung terhadap produksi pertanian, anggaran yang memadai, dan peran aktif semua elemen masyarakat, khususnya terkait dengan terus berkurangnya lahan pertanian yang dialih fungsikan menjadi lahan pemukiman.
Selain itu , jumlah penduduk Indonesia yang besar dan tersebar di berbagai wilayah memerlukan penanganan khusus terhadap ketahanan pangan yang terpadu dan saling terintegrasi. Penanganan ketahanan pangan yang dimaksud memerlukan perencanaan lintas sektor dengan sasaran serta tahapan yang tepat dan terukur, baik itu jangka menengah maupun jangka panjang.
About @mas_wah
Hai Perkenalkan, nama saya Wahyu yang lebih akrab dipanggil mas wah, saya hanya mahasiswa tingkat akhir yang nimburg di beberapa organisasi dan komunitas, dan juga perlahan peduli dengan isu-isu sosial dan mencoba menuliskan di personal blog saya.
0 komentar:
Posting Komentar